SELAMAT DATANG DI GREAT BUTON WEBLOG

Weblog ini akan memperkenalkan kepada anda tentang keeksotikan daerah-daerah di Buton dari sisi kebudayaan, tradisi, kesenian, dan alam. Buton yang dimaksud ialah Buton secara umum yang meliputi Kota Baubau, Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Buton, dan Kabupaten Buton Utara di Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia.
| 0 komentar ]



Tari Lulo Alu yang merupakan tarian khas masyarakat Kabaena. Tarian ini dibawakan 12 penari yang dibagi atas dua peranan. Delapan penari putra memegang alu (Penumbu Padi) yang menggambarkan pria yang menumbuh padi dan empat orang penari perempuan memagang nyiru sebagai alat penapis beras, ditambah sapu tangan yang menggambarkan proses penapisan.
Tari tersebut memiliki kaitan erat dengan Kesultanan Buton. Katanya, pada zaman dahulu Kabaena merupakan bagian dari Kesultanan Buton dan penghasil beras sebagai pilar penguat Kesultanan Buton yang jaya pada masanya. Oleh karena daerah tersebut merupakan penghasil beras yang sangat signifikan maka putra Kabaena berinisiatif menciptakan tari tersebut sebagai tarian yang melambangkan kesukuran kepada tuhan yang maha esa atas melimpahnya rezki dari hasil panen.
Dilihat dari gerakan yang dilakukan penari, tari lulo alu sesungguhnya simbolisasi kepemimpinan. Pasalnya, gerakan yang digunakan sangat energik yang berarti untuk mencapai hasil yang maksimal diperlukan energi yang tinggi. Pakaian yang digunakan dalam tari tersebut merupakan ciri khas Kabaena yang memiliki kaitan erat dengan pakaian adat Buton. Misalnya dasar pakaian yang berwarna hitam ditambah warna kekuning-kuningan dan kemerah-kemerahan.
Kabaena memang memiliki kaitan erat dengan Pulau Buton. Bahkan daerah ini memang sulit terpisahkan dengan Buton.

| 0 komentar ]



Merupakan batu yang menjadi pertanda hilangnya penyiar agama islam di Buton yang bernama Syech Abdul Wahid di pesisir pantai Buton. Disebut Batu Poaro karena oleh masyarakat Buton menyebutkan bahwa Syech Abdul Wahid "Apoaromo te Opuna" yang artinya ia telah berhadapan dengan tuhannya dan batu ini dianggap sebagai makam beliau. Obyek Wisata ini terletak di Kelurahan Wameo Kecamatan Murhum 2 Km dari Pusat Kota Bau-Bau.

| 0 komentar ]


Kaburaburana berarti busa air yang ditimbulkan gesekan aliran sungai, mengalir dan jatuh di setiap teras hingga tujuh tingkatan. Alirannya sangat lembut terasa bagai air syurga ketika kaki ini mulai melangkah di atas bentukan endapan kapur dialiri air yang tipis, hanya kira-kira sampai mata kaki.

Sungguh indah ciptaan Tuhan yang satu ini. Hanya kecebong dan berbagai ikan kecil bermain lincah menikmati air jernih tampak di beberapa kolam yang terdapat hampir di setiap tingkatan. Terpesona aku melihat mahakarya yang hampir terlupakan itu, dialah permandian yang mepunyai nama besar dan cukup akrab di hati masyarakat Metro Baubau dan Buton Raya. Terletak di Desa Lawela Selatan, Kecamatan Batauga, hanya 20 menit perjalanan menggunakan sepeda motor dari Kota Baubau.

Kaburaburana mempunyai ruas aliran air yang cukup lebar kira-kira 30 meter. Akses masuk masih berupa pengerasan, jaraknya kurang lebih 1 km dari tepi jalan poros Batauga. Lahan lapang beberapa meter dari tangga turun cukup luas untuk menampung ratusan sepeda motor dan kendaraan roda empat. Dari kejauhan, suara desahan air terasa bagai memanggil untuk menjamahnya dan menikmati kelembutannya. Terdapat 104 anak tangga, di kaki bukit terdapat bangunan tua yang telah usang tempat berganti pakaian yang mulai dirimbuni semak belukar. Di depannya terdapat prasasti yang juga di balik semak-semak bertuliskan TMD Tentara Manunggal Desa 1992/1993.

Fasilitas Kaburaburana sangat sederhana dan apa adanya. Meski demikian, tetap saja memiliki aura cantik sejak dulu inilah alasan kenapa permandian alam Lawela ini ramai dikunjungi. Pemerintah baru menyadari Kaburaburana memiliki potensi menambah PAD. Sejauh ini baru tahap membuat rancangan perda tentang penarikan retribusi.

| 0 komentar ]



Bangka Mbule-Mbule adalah upacara melarung hasil bumi ke laut yang dilakukan oleh masyarakat Desa Mandati. Berbagai hasil bumi itu diantaranya padi, jagung, dan pisang. Sebelum dilarung ke laut, ada dua hal yang harus dilakukan. Pertama, hasil bumi diletakkan dalam perahu kayu yang dihiasi dengan sepasang orang-orangan sebagai simbol kejahatan. Kedua, perahu yang sudah berisi hasil bumi ini kemudian diarak keliling kampung guna mengusir mara bahaya yang akan mengganggu desa. Nah, perahu yang membawa hasil bumi yang akan dilarung ini disebut Mbule-Mbule.
Tujuan dari acara Bangka Mbule-Mbule adalah untuk mengucapkan syukur sekaligus menghindari bencana, seperti bencana alam, mewabahnya penyakit, atau persoalan sosial yang dapat mengakibatkan gangguan di masyarakat.

| 0 komentar ]



Baliara ialah tempat peristirahatan raja-raja. Baliara ini kurang lebih setinggi 3 m dengan luas juga kurang lebih 12 m x 12 m yang dahulu kala digunakan sebagai tempat pertemuan khusus para raja-raja. Baliara terletak di Desa Liya Kabupaten Wakatobi

| 1 komentar ]


Pintu masuk ini merupakan salah satu pintu gerbang benteng keraton liya yang seluruhnya terdapat sebanyak 12 buah ditambah 1 buah pintu rahasia yang keseluruhannya masih diperlukan sentuhan para arkiologis guna merenovasi dan meningkatkan kembali kondisinya sesuai aslinya dalam rangka pelestarian nilai-nilai budaya Liya di Wakatobi

| 1 komentar ]


Masjid Tua Mubaraq Desa Liya merupakan campur tangan Kesultanan Buton setelah Buton (Wolio) menganut Islam ± Tahun 1500 abad ke 15. SyekhAbdul Wahid mengislamkan Sultan Buton pertama Murhum dan mengutus Ulama ke Pulau Wangi-Wangi dan pertama tiba di Pulau Oroho, sebagai tempat pemukiman pertama masyarkat Liya pada tahun 1401. Ulama mengajarkan Islam di Pulau Oroho. Masyarakat di Pulau Oroho pindah di daerah Liya Togo karena kekurangan air. Dan setelah mereka tiba di Liya Togo maka didirikanlah masjid dan benteng ternama ini. Bahan-bahan perekat pondasinya dibuat dari kapur yang ditumbuk, dicampur dengan benalu di sebuah batu yang berbentuk yang dalam bahasa Wangi-Wangi dinamakan "Tumbu'a"(Lesung). Alat ini masih ada di depan masjid. Masjid Mubaraq memiliki ukuran Panjang Pondasi seluruhnya 15.80 m, Lebar 15.70 m, Tinggi 2.20 m, Panjang Badan Masjid 13.50 m, Lebar Badan Masjid 13.35 m, Panjang Mimbar Masjid 1.85 m danLebar Mimbar Masjid 4.00 m.