SELAMAT DATANG DI GREAT BUTON WEBLOG

Weblog ini akan memperkenalkan kepada anda tentang keeksotikan daerah-daerah di Buton dari sisi kebudayaan, tradisi, kesenian, dan alam. Buton yang dimaksud ialah Buton secara umum yang meliputi Kota Baubau, Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Buton, dan Kabupaten Buton Utara di Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia.
| 0 komentar ]


Makam ini terletak kira-kira 150 meter arah Timur dinding Benteng Koro bagian barat. Terletak di Kabupaten Buton Utara, tidak seorangpun masyarakat yang mengetahui nama-nama yang dimakamkan.  Dikisahkan bahwa yang dimakamkan adalah seorang leluhur yang sakti dan 6 orang wanita hamil yang memangku beliau saat menghembuskan nafas terakhir.

Makam ini berada satu tembok pagar dengan ukuran panjang 4,50 meter dan lebar 4,20 meter. Batu-batu nisan terbuat dari batu kapur (stalastik) yang tertinggi 43 cm dan terendah 20 cm.

Makam ini dilindungi oleh sebuah cungkup yang terbuat dari kayu dan tidak berdinding. Oleh karena itu, kondisi bangunan makam tampak sangat bersih, tidak ada gangguan dari lumut maupun rerumputan

sumber: www.butonutarakab.go.id

| 0 komentar ]


Benteng Koro dan 3 buah kompleks makam kuno terletak  kira-kira 1 km arah tengggara ibukota kelurahan Bonelipu, Buton Utara.  Benteng ini didirikan oleh Lakoni Koro dengan tujuan mempertahankan diri dari serangan musuh. Benteng Koro merupakan pusat pertahanan dan pemukiman masyarakat koro.  Benteng ini dibangun dengan teknologi yang sangat sederhana yakni susunan batu-batuan gunung  tanpa menggunakan bahan perekat.  Tinggi tembok benteng tergantung pada kondisi tanah yakni antara 1 – 130 meter.  Tebal tembok  bagian atas antara 25 – 40 cm tergantung dari besar  kecilnya batu.  Benteng ini menyerupai huruf L membujur Utara- Selatan dengan panjang 300 meter.  Karena dinding benteng berukuran sangat kecil, maka tingkat kerusakannya juga terus berlangsung.   Kerusakan nyata pada dinding benteng yakni runtuh dan batunya berhamburan akibat desakan akar-akar pohon maupun gangguan dari binatang liar

sumber: www.butonutarakab.go.id

| 0 komentar ]


Makam ini terletak kira-kira 50 meter arah Benteng Koro, Buton Utara. Dikisahkan bahwa Wangkolo adalah salah seorang leluhur masyarkat Koro yang sangat sakti.  Tidak diketahui dengan pasti kedudukan kedudukan beliau pada masa itu. Yang jelas, makam ini masih sering diziarahi oleh sebagian masyarakat.  Makam ini hanya merupakan sebuah batu lepas berukuran besar (agak bundar) tanpa ada benda/artefak lain disekitarnya.  Peninggalan semacam  ini mengingatkan kita pada peninggalan masa Megalitik  pada masa Neolitikum.

sumber: www.butonutarakab.go.id

| 0 komentar ]


Makam ini berada  dalam lingkungan Benteng Koro, Buton Utara yaitu sisi Timur dinding bagian Barat. Masyarakat tidak  mengetahui nama asli, ataupun kedudukan beliau dalam masyarakat pada masa itu.  Posisi makam ini membujur arah Utara-Selatan seperti makam-makam Islam lainnya.  Batu Nisan terbuat dari batu gunung yang posisinya tidak asli lagi akibat pengrusakan oleh manusia.  Makam ini dikelilingi tembok batu yang masih utuh.  Masyarakat beranggapan bahwa situs ini adalah merupakan temapt menimbun benda-benda berharga masyarakat zaman dahulu.
sumbe: www.butonutarakab.go.id

| 0 komentar ]


Benteng Pangilia terletak + 3 km ke arah Tenggara Benteng Lipu, Buton Utara. Benteng ini didirikan oleh Sangia Rau dengan tujuan untuk mempertahankan diri dari serangan Suku Tobelo. Benteng Pengilia terletak di atas sebuah bukit yang menghadap ke laut lepas. Pemandangan ke arah Timur sangat indah sebab kapal-kapal yang melintas tampak sangat jelas. Di dalam kompleks benteng tidak ada peninggalan lain, kecuali sebuah jurang yang berada pada sisi Selatan yang diduga untuk persembunyian. Pohon-pohon besar maupun kecil tumbuh sangat indah baik di dalam maupun di luar benteng.

Benteng Pangilia dengan panjang dinding 823 meter merupakan benteng pertahanan terdepan dan tidak dihuni oleh penduduk pada masa itu. Dinding benteng dibangun dengan teknologi sederhana yakni batu-batu gunung disusun beraturan tanpa menggunalkan bahan perekat. Benteng ini dilengkapi dengan beberapa buah bastion dan beberapa buah trap (tangga) bersusun 2 sampai 4 buah. Tinggi tembok bervariasi antara 2 – 5 meter, sedangakan tebal bagian atas antara 2 – 3 meter.

Dinding bangunan Benteng Pengilia masih banyak yang utuh (+ 60 %). Umumnya kerusakan disebabkan oleh desakan akar-akar pohon yang tumbuh di sisi dalam maupun di sisi luar. Selain itu, banyak pula pohon-pohon kecil yang tumbuh di permukaan dinding benteng.


sumber: www.butonutarakab.go.id

| 1 komentar ]

Benteng Lipu merupakan benteng utama pertahanan masyarakat Kulisusu yang dibangun dalam pusat pemerintahan Lakino Kulisusu sekitar abad ke XVII. Benteng ini didirikan atas prakarsa Buraku (Gaumalanga) yakni seorang penyiar agama Islam dengan tujuan untuk melindungi diri dari seragam musuh utamanya suku Tobelo dan bangsa Belanda.

Benteng Lipu terletak + 1 km dari ibukota Kecamatan Kulisusu, Buton Utara, dan berada di atas perbukitan dengan ketinggian + 60 meter dari permukaan laut. Luas keseluruhan Benteng Lipu adalah + 12,95 hektar yang dimanfaatkan untuk perumahan penduduk (bagian Selatan), sedangkan pada bagian Utara adalah kompleks makam-makam kuno dan bangunan bersejarah lainnya.

Benteng Lipu dan beberapa bangunan peninggalan di dalamnya telah dipugar oleh pemerintah provinsi selama 6 tahap dan berakhir pada tahun 2007. Adapun data-data benteng adalah sebagai berikut:

  • Panjang dinding Benteng Lipu adalah 1.883 meter.
  • Tinggi dan tebal tembok bervariasi tergantung pada kondisi tanah atau lereng bukit.
  • Terdapat 7 buah Bastion yang dibuat pada beberapa titik yang strategis.
  • Pintu masuk benteng (bentuk asli) saling menutupi.
  • Pada permukaan tanah di dalam kompleks benteng banyak ditemukan sebaran pecahan keramik asing dan gerabah

sumber: www.butonutarakab.go.id

| 2 komentar ]

 

Benda ini adalah yang melatarbelakangi penamaan Kulisusu, kini tinggal sebelah dan tertimbun hampir seluruh bagiannya. Konon ceritanya bahwa pasangan dari kulit Lokan ini diambil oleh suku Tobelo setelah masyarakat Kulisusu menderita kekalahan. Adapun ukurannya sebagai berikut: panjang 60 cm dan tinggi dari permukaan tanah 25 cm. Wisata sejarah ini terletak di Kompleks Benteng Lipu, Keraton Kulisusu, Kabupaten Buton Utara.


sumber: www.butonutarakab.go.id

| 0 komentar ]


Bangunan ini sebenarnya hanya mempunyai satu tiang penyangga, namun karena pertimbangan ketahanan bangunan maka saat dilakukan pemugaran bangunan dengan ditambahkan beberapa tiang pembantu. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat Mancuana (pemimpin kampung) untuk meminta berkah akan keselamatan rakyatnya. Ukuran bangunan ini adalah 6,10 meter x 6,10 meter, terletak di kawasan Keraton Kulisusu.

sumber: butonutarakab.go.id

| 0 komentar ]


Keadaan fisik bangunan ini tidak asli lagi, kecuali dasar bangunan yang masih dapat diidentifikasi. Masjid ini merupakan masjid pertama yang dibangun setelah masyarakat memeluk agama Islam. Ukuran dasar bangunan yakni: panjang 18 meter, lebar 17,25 meter, tinggi 1,50 meter, dan terendah 1,30 meter.

sumber: www.butonutarakab.go.id

| 0 komentar ]


Menurut cerita turun temurun bahwa pada mulanya bangunan ini merupakan tempat pembuatan perahu pada masa pra Islam. Setelah perahu selesai, bangunan pelindungnya dijadikan tempat musyawarah masyarakatnya. Bangunan ini sudah beberapa kali mengalami perbaikan  oleh masyarakat. Pada tahun 1995 bangunan ini dipugar oleh pemerintah provinsi sesuai ukuran aslinya yakni : panjang 15,65 meter dan lebar 7,75 meter.

sumber: butonutarakab.go.id