SELAMAT DATANG DI GREAT BUTON WEBLOG

Weblog ini akan memperkenalkan kepada anda tentang keeksotikan daerah-daerah di Buton dari sisi kebudayaan, tradisi, kesenian, dan alam. Buton yang dimaksud ialah Buton secara umum yang meliputi Kota Baubau, Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Buton, dan Kabupaten Buton Utara di Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia.
| 1 komentar ]


Masjid Tua Mubaraq Desa Liya merupakan campur tangan Kesultanan Buton setelah Buton (Wolio) menganut Islam ± Tahun 1500 abad ke 15. SyekhAbdul Wahid mengislamkan Sultan Buton pertama Murhum dan mengutus Ulama ke Pulau Wangi-Wangi dan pertama tiba di Pulau Oroho, sebagai tempat pemukiman pertama masyarkat Liya pada tahun 1401. Ulama mengajarkan Islam di Pulau Oroho. Masyarakat di Pulau Oroho pindah di daerah Liya Togo karena kekurangan air. Dan setelah mereka tiba di Liya Togo maka didirikanlah masjid dan benteng ternama ini. Bahan-bahan perekat pondasinya dibuat dari kapur yang ditumbuk, dicampur dengan benalu di sebuah batu yang berbentuk yang dalam bahasa Wangi-Wangi dinamakan "Tumbu'a"(Lesung). Alat ini masih ada di depan masjid. Masjid Mubaraq memiliki ukuran Panjang Pondasi seluruhnya 15.80 m, Lebar 15.70 m, Tinggi 2.20 m, Panjang Badan Masjid 13.50 m, Lebar Badan Masjid 13.35 m, Panjang Mimbar Masjid 1.85 m danLebar Mimbar Masjid 4.00 m.

1 komentar

Pencinta Budaya mengatakan... @ 13 November 2010 pukul 12.51

Berdasarkan data observasi arkiologis awal, menyebutkan bahwa di Pulau Oroho sudah ada manusia yang mendiaminya sekitar pertengahan abad XI lalu. Yang pertama bermukim disana adalah para prajurit Kerajaan Kamaru asal keturunan dari pasukan Mongolia yang mengawal Putri Khan. Putri Khan sebagai Raja Kamaru pertama ditandai dengan perasasi Ba'ana Meja di gunung Ba'ana Meja Kamaru.
Selanjutnya tak lama kemudian bergabung para orang orang berani dari para pelaut asal Papua, Minandanau, dlsb dan akhirnya membentuk pasukan "Bajak Laut Tobelo"
Premis, Permukiman di desa Liya Togo di rintis mulai akhir abad XIV oleh para bajak laut tersebut dengan tujuan tempat penyimpangan harta-harta rampasan mereka. Talo-Talo sebagai orang sakti juga asal dari pulau Oroho diam-diam hijrah ke Liya Togo untuk membangun benteng sebagai simbol pertahanan atas kerja sama dengan kerajaan di Wolio sambil mempengaruhi kerabat dan sanak keluarga di pulau Oroho untuk gebang bersama dia. Bagi yang tak gabung satu-satu dia sembelih karena dia sudah tak setuju dengan bajak laut tobelo
makanya terakhir dalam pembasmian para bajak laut tobelo muncul lagu perjuangan :
"Lakueru... Lakueru Minandipasi
Nodende Baki Na Lontoi....."
Inilah lagu yang dikamdangkan oleh para prajuritnya setelah dia sekali menyerang kapal bajak laut tobelo dan menebas 40 orang, lalu kepada manusia hasil penanggalannya di hampar di sekitar Lontoi Bira sambil disaksikan oleh para prajuritnya.
Perlu diadakan seminar dalam meluruskan stratifikasi data ontologis dalam mengangkat manusia-manusia pemukim pulau Oroho dan Desa Liya Togo. ****

Posting Komentar